Perjalanan 3 Negara, Vietnam, Kamboja dan Thailand. Part III : Thailand

Hari Ketujuh (07 Agustus 2017)
Sekitar pukul 4 pagi, bus sampai di perbatasan Kamboja (Poipet) - Thailand (Aranyaprathet). Saat itu imigrasi Kamboja belum beroperasi. Sekitar pukul 6 pagi, akhirnya imigrasinya buka dan para turis diijinkan untuk masuk. Antri buat cap passport dan saat cap passport saya diminta uang 200Bath. Bingung uang tsb buat apa, karena turis Indonesia seharusnya bebas masuk ke Thailand tanpa bayar.  Ada yang pernah mengalami hal yang sama? Tapi, mau tak mau saya harus membayar uang tsb, daripada berurusan dengan imigrasi negara orang.

Setelah urusan imigrasi kelar, saya pun kembali ke bus, dan bus pun melaju kembali setelah smeua penumpang kembali ke dalam bus. Sekitar pukul 12 siang, akhirnya bus sampai juga di kota Bangkok. Ini kali pertama saya ke Bangkok. Jalanan di Bangkok siang itu cukup padat oleh pengendara dan pejalan kaki. Bus akan berhenti di 2 tempat. Yang pertama bus akan berhenti di dekat daerah Pratunam, Siam, Silom, dan daerah sekitarnya. Jadi buat turis yang menginap di daerah ini, boleh turun di perhentian pertama. Sedangkan bagi turis yang menginap di daerah Khaosan Road, sebaiknya turun di perhentian kedua. 

Karena hari ini saya akan menginap di daerah Khaosan Road, jadi saya turun di perhentian kedua. Turun dari bus, saya pun memanggil tuk-tuk untuk mengantar saya ke penginapan saya. Sempat mutar-mutar karena tuk-tuk nya juga tidak tahu persisnya penginapan nya, dan posisi saya saat itu juga belum beli pake internet, sehingga tidak bisa menggunakan maps. Supir tuk-tuk itu pun menanyakan lokasi penginaoan tsb ke penduduk lokal, dan ternyata penginapannya ada di dalam jalan kecil. Penginapan yang saya booking namanya "Vibe Khaosan". 

Sampai di kamar, saya langsung rebahan. Saat itu, lutut saya masih sakit. Dan entah mendapat ilham dari mana, saya pernah membaca atau mendengar bahwa rasa sakit dapat diredakan dengan kompres es. So, saya langsung menuju ke seven eleven yang kebetulan berada di depan jalan penginapan untuk beli es batu dan bergegas kembali ke penginapan. Karena tidak ada kain yang bisa digunakan, saat itu saya menggunakan plastik asoy sebagai wadah untuk kompresnya. Setelah kompres, saya pun terlelap untuk beberapa jam. Nahhh, yang aneh bin ajaib, saat bangun, rasa sakit di lutut saya sudah hilang. Akhirnya bisa bergerak leluasa, tadinya untuk berjalan saja saya harus hati-hati.

Malamnya, saya berjalan ke Khaosan Road. Jalanan di Khaosan Road penuh akan wisatawan dan warga lokal. Di sepanjang jalan, banyak ditemui cafe, restoran, pub, bar dan pedagang kaki lima dengan berbagai macam dagangannya. Malam itu saya memesan Pad Thai di salah satu warung pinggir jalan. Jadi Pad Thai ini semacam mi beras yang ditumis degan campuran beberapa bahan seperti tahu, telur, daging, dan bahan lainnya tergantung jenis Pad Thai yang dimasak, dan Pad Thai merupakan salah satu makanan khas Thailand. Kalau di Indonesia mungkin mirip dengan Kwetiaw goreng.

Hari Kedelapan (08 Agustus 2017)
Tujuan hari ini adalah ke Wat Arun. Wat Arun adalah salah satu candi buddha yang terletak di Bangkok, tepatnya di barat hulu sungai Chao Phraya. Wat Arun dijuluki juga sebagai Temple of Dawn (Kuil Fajar) karena kuil ini akan terlihat indah saat matahari terbenam. Untuk mencapai kuil ini, kita harus menyeberangi sungai Chao Phraya menggunakan boat.


Sungai Chao Phraya dan boat yang akan membawa penumpang ke
Wat Arun
Perjalanan ke Wat Arun menggunakan boat hanya beberapa menit saja, karena hanya menyeberang saja. Sampai di Wat Arun, saya merasa beruntung karena kuil ini tidak dalam renovasi. Banyak pengalaman turis yang datang ke sini merasa sedikit kecewa karena beberapa bagian dari kuil ini sedang direnovasi.


Gerbang Wat Arun
Wat Arun, Temple of Dawn

Bangunan Wat Arun yang terbuat dari  keramik
Puas di Wat Arun, tujuan selanjutnya adalah Asiatique The Riverfront. Dari dermaga Wat Arun, langsung naik boat yang tujuannya ke Asiatique. Di Bangkok, transportasi air seperti boat juga merupakan salah satu moda transportasi utama. Sebelum sampai di Asiatique, boat akan berhenti di beberapa tempat pemberhentian, dan Asiatique adalah pemberhentian terakhir. 

Asiatique The Riverfront bisa dibilang merupakan salah satu mall terbuka yang ada di Bangkok. Tempatnya sangat luas, dan banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sini, mulai dari kuliner, shopping, atau sekedar berleyeh-leyeh ria sambil menikmati pemandangan sungai Chao Phraya.


Asiatique The Riverfront
Bianglala di Asiatique
Matahari terbenam di seberang sungai Chao Phraya
For your info guys, Asiatique ini buka nya mulai dari sore sampai malam.

Puas foto - foto di Asiatique, kemudian saya menunggu boat yang akan mengantar saya ke pemberhentian yang dekat ke penginapan. Sampai di perhentian terakhir, saya pun turun. Bermodalkan google maps, saya dipandu ke Khaosan Road. Sampai di Khaosan Road, langsung cari makan, setelah itu kembali ke penginapan.

Hari Kesembilan (09 Agustus 2017)
Tujuan pertama hari ini adalah Grand Palace. Grand Palace merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya yang ada di Thailand. Seperti istana pada umumnya, Grand Palace di Bangkok ini terlihat sangat megah. Tiket masuk ke Grand Palace adalah 500THB. Jam masih menunjukkan pukul 09an, tetapi antrian masuk ke Grand Palace ini sudah sangat panjang. Jadilah saya langsung mengantri untuk masuk ke Grand Palace. 

Masuk ke Grand Palace
Grand Palace ini resmi ditempati oleh keluarga kerajaan pada tahun 1782 saat kepemimpinan Kerajaan Siam (saat ini Thailand). Banyak bangunan di Grand Palace yang berlapiskan emas. Tak heran, banyak turis dibuat takjub akan kemegahannya.

Grand Palace ini buka setiap hari dari mulai pukul 08.30 - 15.30. Saran saya sich datangnya pagi hari, selain untuk menghindari antrian yang sangat panjang, juga untuk menghindari teriknya matahari di siang hari.

Salah satu sudut Grand Palace
Salah satu menara / stupa yang berlapis emas
Narsis dulu.. Cekrek.. cekrek.. upload...
Sangat sulit memang untuk mendapat kan gambar Grand Palace ini secara keseluruhan dalam satu frame, karena kompleks kerajaan ini sangat luas.

Sepertinya keluarga kerajaannya tinggal di bangunan ini
Setelah Grand Palace, tujuan selanjutnya adalah Wat Pho. Cukup berjalan saja dari Grand Palace, karena lokasinya sangat dekat. Wat Pho adalah salah satu Kuil tertua di Bangkok, Thailand. Yang terkenal di Wat Pho ini adalah patung Buddha tidurnya / Reclining Buddha. Lagi - lagi, patung Buddha tidur ini berlapiskan emas. Untuk masuk ke Wat Pho, pengunjung harus membayar tiket masuk seharga 100THB. 

Reclining Buddha yang berlapiskan emas, sampai - sampai
wajah saya ikut kinclong karena kilauan emasnya. eakkk.
Jam menunjukkan pukul 11an dan karena hari itu saya akan check out dari penginapan di Khaosan Road, saya bergegas kembali ke penginapan menggunakan jasa tuk-tuk. Waktu check out adalah pukul 12. Sebelumnya saya telah diberitahu oleh Receptionist penginapannya yang saya tebak adalah Ladyboy #sepertinya , bahwa jika telah check out saya akan didenda, untungnya saya sampai di penginapan sebelum pukul 12.00. 

Untuk kesan menginap di "Vibe Khaosan" sendiri, biasa saja. Untuk sekedar tidur saja, bolehlah. Tapi, pada malam hari, dari kamar terdengar suara-suara dentuman dari musik-musik yang diputar di daerah Khaosan Road, dimana Khaosan Road ini akan happening banget sampai dini hari. Jadi, buat yang gak bisa tidur karena adanya suara bising dan semacamnya, saya tidak merekomendasikan penginapan ini.

Untuk penginapan saya selanjutnya berada di daerah Pratunam, namanya "Green Home Hostel". Daerah Pratunam bisa dibilang daerah yang familiar bari turis Indonesia di Bangkok, karena di daerah terdapat KBRI indonesia, 

Begitu sampai di penginapan, saya langsung check in, dan langsung masuk ke kamar untuk istirahat. Karena ini hostel, jadi kamarnya adalah tipe domitory (seperti asrama), satu kamar isinya 8 orang. Kebetulan saat itu di kamar hanya 3 orang saja, termasuk saya. Malamnya, saya jalan ke night market di daerah Pratunam. Cari makan dan nanya-nanya ke travel untuk transportasi ke Bandara Don Mueang, Bangkok. Harga yang ditawarkan untuk transportasi ke Bangkok adalah 500THB. Saya masih merasa cukup mahal sehingga saya mengurungkan niat untuk membooking transportasi dari pihak travel itu.
.
.
.

Sisa 2 hari saya di Bangkok (Hari Kesepuluh dan Hari Kesebelas) saya habiskan untuk kuliner dan belanja sedikit oleh-oleh saja. Tadinya saya ingin ke Hua Hin, salah satu daerah yang objek wisatanya belakangan sangat terkenal karena ada santorini ala-ala nya, tetapi tidak terwujud karena perhitungan budget yang sudah menipis. Ha.Ha..Ha..

Untuk transportasi dari hostel ke Bandara Don Mueang, dari pihak hostel merekomendasikan menggunakan taxi yang dipanggil di jalan saja, karena lebih murah. Dan benar saja, saya mendapatkan taxi yang bersedia mengantarkan saya ke Don Mueang dengan tarif 300THB.
.
.
.
Overall, perjalanan tiga negara ini sangat menyenangkan. Vietnam, Kamboja, dan Thailand, masing-masing memberikan kesan tersendiri dalam perjalanan saya ini. Ini kali pertama saya solo backpaker, dan jika ditanya apakah saya akan melakukan solo backpaker lagi? Jawaban saya adalah "absolutely, yesssss".

Sebagai penutup ijinkan saya share beberapa kuliner lezat di Bangkok. Jangan ngiler ya... :p

The Famous Pad Thai
Thai Basil Pork (Non Halal)


Fish Tom Yum Soup
Tom Yum with Noodle, Egg, dan Squid
Som Tam Thai, Salad Thailand
Mango Sticky Rice

Dessert at After You Cafe, Siam Paragon, Bangkok
Note : For more galleries please follow my Instagram Account : @pieterxu


Pieter Xu ~
Medan, Indonesia
Share Love, No Hate

Comments

Popular posts from this blog

Terpesona Indahnya Hue dan Hoi An, Kota Cantik di Vietnam Tengah

Melihat sisi lain Danau Toba dari Bukit Gajah Bobok

Satu Hari Menjelajahi Kota Hanoi yang Sederhana nan Indah