Jalan - jalan ke Sapa, Kota Pegunungan di Vietnam Utara


Pemandangan khas kota Sapa, Lao Cai, Vietnam

Sapa (Sa Pa), suatu kota yang sudah lama ingin saya kunjungi, akhirnya pada bulan Juni 2018 keinginan tersebut dapat terwujud. Tepatnya pada 10 Juni 2018 saya berangkat ke Sapa menggunakan sleeper bus malam dari kota Hanoi. Untuk tiket bus tersebut sebelumnya sudah saya booking melalui website https://sapaexpress.com/en dengan harga USD 24 (tiket pulang - pergi) plus USD 1 untuk biaya administrasi booking online..

11 Juni 2018. Bus memasuki kota Sapa sekitar pukul 4 dinihari dan berhenti di kantor bus Sapa Express di  Cau May street, kota Sapa, dekat dengan Gereja Batu yang menjadi ikon kota Sapa. Karena masih dinihari, para penumpang bus diijinkan untuk tetap beristirahat di dalam bus. Saya yang masih setengah sadar pun kembali tertidur hingga sekitar pukul 6 pagi. Saat membuka mata dan melihat keluar melalui jendela bus, terlihat beberapa wanita suku Black Hmong yang berdiri di samping pintu bus. Secara bergiliran, mereka mendekati dan menyapa penumpang yang turun dari bus tersebut. Sepertinya mereka menawarkan hotel dan jasa tour. Tetapi saat saya turun dari bus, saya tidak disapa oleh suku tersebut, sepertinya mereka berpikir bahwa saya adalah orang lokal Vietnam.

Kebetulan hotel yang saya booking berada di jalan yang sama dengan pool perhentian bus, sekitar dua menit, saya sampai di "Sapa Centre Hotel". Pada saat check in, saya ditawari paket walking tour untuk mengunjungi desa - desa suku pedalaman di Sapa dengan harga 350.000 VND. Karena salah satu tujuan saya ke Sapa adalah untuk mengunjungi desa - desa suku pedalaman, maka tanpa pikir panjang saya langsung mengambil paket tour tersebut.

Tour dimulai pukul 9 pagi. Rombongan tour yang terdiri dari 1 orang tour guide dan 6 orang peserta tour sudah menunggu di luar hotel. Saya pun bergegas menyusul mereka di luar hotel. Dan saya cukup terkejut, karena saya satu - satunya orang Asia di rombongan tour ini, lainnya bule semua. I feel so small. But, show must go on. Bule tersebut berasal dari beberapa negara yaitu. England, USA, dan Canada. Saat itu, kita juga didampingi oleh 7 perempuan dari suku Black Hmong. Lah, perempuan - perempuan itu ngapain? 

Sebelum berangkat, kita singgah di salah satu toko yang menjual alat - alat dan perlengkapan trekking untuk menyewa sepatu boat dan juga jas hujan, Saran dari tour guide nya sich, sebaiknya kita menggunakan sepatu boat, karena jalur trekking nya berlumpur, dan supaya sepatu kita sendiri tidak kotor. Untuk jas hujan sudah pasti disarankan karena saat itu sedang musim hujan dan diperkirakan di tengah perjalanan akan turun hujan.

Trekking pun dimulai. benar saja kata tour guide nya, jalur trekking saat itu sangat berlumpur. Nah, disini lah peran perempuan - perempuan suku Black Hmong tersebut, mereka membantu kita jika ada jalur yang terlalu licin dan ekstrim. Karena jalur yang licin, tidak jarang kita terpeleset dan terjatuh. 

Selama perjalanan kita melihat rumah - rumah tradisional suku pedalaman, melihat warga lokal membajak sawah dan memberi makan ternaknya. Tidak jarang kita berpapasan dengan hewan - hewan ternak warga lokal. Pemandangan yang paling memukau sepanjang perjalanan adalah pemandangan persawahan dengan bentuk terasering khas kota Sapa, dengan latar bukit - bukit pegunungan dan langit yang saat itu sedang mendung. Syahdu dan sungguh memanjakan mata.




Semua hijau sejauh mata memandang :)
Sekitar pukul 12, kita istirahat dan diajak makan siang di rumah penduduk lokal. Saat kita menunggu makanan disajikan, saat itu juga perempuan suku Black Hmong beraksi menawarkan barang yang mereka jual, mulai dari tas pinggang, kain - kain, dompet, perhiasan, dll, yang menurut pengakuan mereka adalah hasil kerajinan tangan mereka sendiri. Harga yang ditawarkan lumayan mahal, tetapi mengingat pengorbanan mereka saat membantu kita selama trekking, saya pun membeli beberapa barang yaitu gelang seharga 100.000 VND dan kain seharga 350.000 VND. 

Makanan yang disajikan cukup sederhana, tetapi sangat menggugah selera. Entah saat ini mungkin saya sedang lapar. Makan siang ini sudah termasuk dalam paket tour, tetapi tidak dengan minumannya. Minuman yang kita ambil nantinya akan ditagih saat kita sudah selesai makan. Dan berdasarkan pengalaman saya, semua paket tour di Vietnam memang menerapkan sistem yang sama, dimana minuman tidak termasuk dalam paket tour.  

Setelah makan siang, kita pun melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini jalurnya datar saja, tidak mendaki lagi. Sekitar pukul 3 sore, kita pun sampai di pemberhentian terakhir, dan kita pun diantar menggunakan bus ke kota Sapa. Sampai di kota Sapa, saya pun berpisah dengan rombongan untuk kembali ke hotel masing - masing. Sebelum itu, terlebih dahulu saya mengembalikan sepatu boat yang telah saya sewa tadi untuk ditebus dengan sepatu saya yang dijadikan jaminan di toko.

Baca Juga Jalan - jalan ke Vietnam Selatan

12 Juni 2018. Tujuan saya hari ini adalah mengunjungi puncak gunung Fansipan. Dengan tinggi 3.143 meter, gunung Fansipan menjadi puncak tertinggi di Indochina, dan mendapat julukan "The Rooftop of Indochina". Untuk mencapai puncak Fansipan, saat ini sudah tersedia fasilitas cable car.  

Fasilitas cable car ini dikelola oleh manajemen bernama "Sun World Fansipan Legend". Saya yang sampai di loket pembelian tiket, sempat dibuat melongo dengan antrian yang cukup panjang. Hampir 90% pengunjung adalah orang lokal Vietnam. Saya pun membeli tiket cable car tersebut dengan harga 750.000 VND (PP) plus 100.000 untuk tiket funicular (PP). Funicular adalah semacam kereta yang bergerak 90 derajat ke atas, yang akan membantu kita mencapai puncak.

Cable car yang saya tumpangi pun melaju cepat. Awalnya pemandangan yang dilihat adalah bukit - bukit dan lembah - lembah serta sungai yang indah. Lama - kelamaan, semakin tinggi, pemandangan tersebut pun sirna diganti dengan kabut yang tebal. Cable car pun melaju menembus kabut, hingga sampai ke pool pemberhentian, Sampai di pool ini, kita bisa melanjutkan perjalanan ke puncak menggunakan funicular atau mendaki menggunakan anak tangga. 

Cuaca saat itu sedang hujan deras ditambah dengan angin kencang. Karena hujan, saya pun berusaha untuk mencari toko yang menjual jas hujan. Saya bertanya kepada beberapa orang lokal menggunakan bahasa inggris, tetapi mereka tidak mengerti sama sekali. Hingga, seorang wanita paruh baya mendekati saya dan berbicara dengan saya dengan bahasa inggris nya yang terbatas. Dia pun mengantar saya ke salah satu toko yang menjual jas hujan. Setelah membeli jas hujan, Ibu ini dengan senang hati menemani saya sampai ke puncak dengan mendaki anak tangga, sehingga saya akhirnya tidak menggunakan tiket funicular saya. Tadinya saya sempat berkenalan dengan Ibu paruh baya tersebut, tetapi saya lupa dengan namanya. Yang saya ingat dari dia hanyalah kota asalnya, yaitu kota Nihn Binh. Ibu ini bersama dengan dua orang anak laki - laki nya. 

Cuaca yang tidak bersahabat membuat tubuh kita menggigil. Terkadang kita berhenti untuk beristirahat sejenak. Dan akhirnya, sampailah kita ke puncak. Sayang nya, saat itu di puncak kita tidak dapat melihat apa - apa karena hujan deras dan kabut yang cukup tebal. Menurut pengalaman orang yang sudah pernah mencapai puncak Fansipan, jika cuaca sedang cerah, kita dapat melihat pemandangan yang sangat indah.

Pemandangan di sekitar Fansipan, saat itu diselimuti kabut tebal

Akhirnya, sampai juga di Puncak Fansipan

Ibu dan keluarganya yang berasal dari Nihn Binh. 
Ibu ini sangat baik, dia sempat menawarkan makan siang di restoran di dalam gedung Sun World Fansipan. Saat itu saya melihat jam tangan saya dan jam sudah menunjukkan pukul 10.30. Saya pun menolak secara halus tawaran Ibu itu, karena saya sudah ditunggu oleh ojek yang tadi telah mengantar saya ke Sun World Fansipan. Ojek tersebut akan mengantarkan saya kembali ke pusat kota Sapa. 

Ojek tersebut pun saya minta berhenti di depan gereja batu yang berada di pusat kota Sapa. Saya membayar ongkos ojek tersebut dengan harga yang telah disepakati sebesar 100.000 VND, dan saya menambahkan 20.000 VND, karena ojek tersebut telah bersedia menunggu saya. 

Hari itu adalah hari terakhir saya di Sapa. Saya akan kembali ke Hanoi menggunakan bus pukul 3 sore. Sebelum kembali ke Hanoi, saya berjalan - jalan di sekitar kota. Saya mengunjungi Gereja Batu dan Sapa Lake.

Gereja Batu yang menjadi ikon kota Sapa

Syahdunya Sapa Lake

Dengan Wanita lokal

Sapa, kota yang cukup bikin kangen. Dengan segala keramahannya, keindahannya, membuat saya ingin kembali lagi, tetapi bukan pada bulan Juni, karena bulan Juni adalah miliknya Hujan di kota Sapa.

Tips :
1.  Trekking ke pedesaan di Sapa jalurnya cukup berat bagi pemula, jangan segan untuk meminta istirahat kepada tour leader jika sudah terlalu capek.
2. Sewa lah sepatu boot, jika anda tidak mau sepatu anda (apalagi sepatu baru), kotor dan berlumpur setelah selesai trekking.
3. Bulan Juni bukan bulan terbaik untuk mengunjungi Sapa, karena kunjungan saya ke Sapa bulan Juni ini, selama dua hari berturut-turun, hujan selalu turun sepanjang hari.

*Kurs :1 VND = +/- Rp. 0,62 
Saat itu saya menukarkan terlebih dahulu Rupiah ke USD di Indonesia. kemudian saya menukarkan USD tersebut ke VND di VIetnam dengan kurs : 1 USD = +/-22.000 VND.

PS : for more galleries, kindly visit my instagram account : @pieterxu

<< Previous : Gajah Bobok


Pieter Xu
Medan, Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Terpesona Indahnya Hue dan Hoi An, Kota Cantik di Vietnam Tengah

Melihat sisi lain Danau Toba dari Bukit Gajah Bobok

Satu Hari Menjelajahi Kota Hanoi yang Sederhana nan Indah